Monday, 16 January 2012
Wanita Itu Adalah Ibu … Ku
(Refleksi Hari Ibu 2012)
Seorang wanita muda bertubuh kecil berjalan tenang di trotoar di samping pasar dengan membawa keranjang kecil belanjaan. Dia berdaster batik bermotif bunga kecil-kecil kombinasi merah putih. Sejenak dia berhenti dengan anggun di depan sebuah toko kain. Setelah memandang sejenak, diapun memasuki toko tersebut. Senyumnya merekah indah seperti fajar menyibak pagi. Oh ... rupanya dia membeli beberapa lembar kain warna-warni nan elok. Kembali terlihat senyum bahagia menambah ayu wajahnya, meski terlihat pula butiran-butiran keringat bening bergayut di kening. Sejenak wanita itu mengelus perut buncitnya sebelum memasuki toko. Oh ... ternyata wanita itu sedang hamil 6 bulan anak pertamanya. Kembali langkah diayunkannya. Meski terlihat agak susah, dia berjalan meninggalkan toko itu. Susah payah membawa beberapa belanjaan lain, dia hampiri becak di seberang toko kain itu. ”Hati-hati bu, mari silahkan”, begitu sapa tukang becak seperti menaruh iba. Pak Becak mempersilahkan wanita itu untuk naik becaknya sambil merendahkan bagian depan becaknya, agar mudah menaikinya. Wanita itu dulu lincah dan ramping pingganya. Tapi kini ndak lincah dan perutnya membesar. Oh ... ternyata wanita hamil itu adalah ibuku.
Suatu sore setelah magrib di klinik bersalin yang sederhana, wanita itu terlihat rebahan di ranjang kecil. Dia kembali mengelus perutnya yang makin membesar. Dia merasakan bayi di dalam perutnya bergerak-gerak hebat. Rupanya ini akan menjadi hari yang sangat dia tunggu, walau jujur ada sedikit cemas terpancar di wajah anggun itu. Diam-diam dia berdo’a dalam hati. Malam semakin larut dan menjelang subuh, ketika wanita itu merintih-rintih menyebut nama tuhannya. Di ujung malam menjelang fajar, wanita menyebut tuhan itu semakin sering dan kuat dalam erangnya. Itu menandakan perjuangan melawan sakit yang luar biasa. Itu menandakan perjuangan di antara hidup dan mati sedang berlangsung. Itu menandakan akan lahirnya seorang anak manusia di bumi. Bertepatan dengan kumandang adzan subuh,suara tangisan bayi terdengar lantang. Bayi laki-laki mungil telah terlahir dengan sehat. Dalam keadaan pucat dan letih yang sangat, wanita itu tersenyum bahagia. Oh ... ternyata wanita yang baru melahirkan itu adalah ibuku.
Wanita itu terlihat bergoyang sambil mendendangkan sebuah lagu. Gaya yang anggun dan terlihat layaknya penyanyi profesional. Oh ... ternyata dia sedang berdendang sambil menggendong bayi mungilnya. ”Tak lelo...lelo...lelo ledung cup meneng ojo nangis wae...putraku sing bagus dewe...suk gedhe dadi wong kang bener...” begitu sepenggal syair lagu yang dinyanyikannya. Di halaman rumah yang tidak terlualu luas dan tempat orang kampung melintas pula dia terus bergoyang. Saat pandangi wajah bayinya, terlihat mulutnya seperti ingin mengunyah sesuatu, maka tanpa ada malu sedikitpun dia keluarkan tetek kirinya. Dengan kasihnya dia masukkan ke mulut bayi mungilnya. Bayi itu terlihat bahagia, yang dengan lahapnya menyedot susu ibunya. Susu exclusive yang dicipta dan dititipkan tuhan padanya untuk bayi mungilnya. Setelah beberapa saat disusui, ternyata bayi itu tertidur. Ketika jarum jam menunjuk 20.00 si ibu dan bayinya sama-sama tertidur pulas. Oh tuhan...tengah malam saat pulas dan berhibur mimpi, ada yang merengek lagi di sampingnya. Bayi itu berulah lagi. Ternyata dia ngompol. Dengan penuh kasih dia mengganti popoknya. Sambil ngantuk dia susui lagi anaknya sampai tertidur. Wanita yang telah mengorbankan malu dan malamnya untuk seorang bayi laki itu adalah ibuku.
Waktu berlalu terasa begitu cepat. Dia tidak peduli anaknya umur berapa. Selalu saja dia ajak bicara anak kecil mungil itu. Layaknya dia bicara dengan seorang raja. Bayi laki-lakinya mulai belajar merangkak. Hampir semua aktivitasnya adalah mengawasi anaknya. Mengajak bermain dan bercanda sepanjang waktu. Perlahan anaknya mulai bisa berjalan. Oh ... pekerjaan utama ibu muda itu bertambah. Anaknya minta ’diteta’ dengan memegangi kedua telunjuk ibunya dia minta berjalan kesana kemari. Ibu itu tak pernah mengeluh. Keringat, kecemasan takut terjadi sesuatu yang mengancam keselamatan anaknya adalah hal besar dalam hidupnya. Hal itu mengalahkan capek dan keluhan. Wanita itu sangat peka akan keinginan anaknya. Dia selalu berusaha membuat senang dan bahagia buah hatinya. Walau belum diminta sekalipun, dia akan melakukannya. Dia antar ketika sekolah. Dia antar ketika belajar mengaji. Dia temani malamnya untuk belajar. Dia peluk dengan hangat anaknya ketika dingin dan ketakutan. Wanita yang hampir tak punya waktu untuk dirinya itu adalah ibuku.
Kini bayi mungilnya yang dulu sangat manis telah tumbuh menjadi remaja. Suatu hari seorang ibu berdiri di halaman SMP 1 sambil bertanya, ”kapan pendaftaran murid baru dimulai pak?Kira-kira berapa beayanya ya pak?”. ”Masih satu bulan lagi bu...tentang beaya nanti akan ada wawancara khusus dengan orang tua” begitu jawab pak satpam. Oh...ibu itu kelihatan gelisah, ketika mungkin anaknya masih asyik belajar dan bermain ketika itu. Pada saat pendaftaran dimulai, pagi sekali ibu muda itu sudah ke SMP 1 setelah mengantar anaknya sekolah di SD di sekitar jalan raya. Dia mengambil dan mengisi formulir pendaftaran. Semua sepertinya sudah dipersiapkan dengan baik. Syarat-syarat pendaftaran murid baru sudah dia siapkan sesuai edaran. Wow...ibu itu kelihatan puas. Walau masih ada kekhawatiran akan tes masuk yang akan dilalui anaknya. Ketika tes tulis dimulai, terlihat dia duduk tenang di ujung tempat duduk di samping lapangan basket sekolah. Agak sedikit pucat dan berkeringat dingin...tapi terlihat mulutnya sedang komat-kamit tanpa henti. Oh...sedang berdo’a rupanya. ... Tidak sia-sia usaha dan do’a ibu muda itu. Melompat penuh syukur saat nama anaknya terlihat diterima. Setitik air mata haru ada di sudut matanya. Perlahan dia bergumam ”alhamdulillah...”. Dia edarkan pandang mencari anaknya. Eh... anak remajanya sedang bermain dan bercanda dengan temannya. ... Hari demi hari dia mulai jarang mengantar anaknya. Remajanya sudah mulai mau naik sepeda sendiri. Dia malu diantar diantar jemput ibunya. Pagi dia antar dengan seuntai pesan untuk hati-hati dan sungguh-sungguh belajarnya. Tapi sepanjang pagi siang dan sore...ibu itu menutupi kekhawatirannya dengan senantiasa berdo’a dan pasrah sama tuhannya. Semoga anaknya selamat dan belajar penuh kesungguhan selalu. Wanita yang tersenyum di balik pintu ketika anaknya pulang sekolah itu adalah ibuku.
Wanita yang cemas, khawatir, penuh harap sukses untuk anaknya itu...adalah ibuku.
Wanita yang paling cerewet karena besar kasihnya itu...adalah ibuku.
Wanita yang do’a dan harapnya hanya untuk keselamatan dan kebahagiaan anaknya itu...adalah ibuku.
Wanita yang sangat tidak suka anaknya berbohong itu...adalah ibuku.
Wanita yang ... adalah ibuku.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)

No comments:
Post a Comment